contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Sabtu, 30 Januari 2010

Sabtu, 30 Januari 2010 | 02:37 WIB
Jakarta, Kompas - Nasabah korban pembobolan rekening via anjungan tunai mandiri yang membuat laporan kepada polisi terus bertambah. Hingga Jumat (29/1) sudah 100 nasabah yang melapor. Namun, jumlah itu diprediksi lebih kecil daripada jumlah korban pembobolan yang sebenarnya.
Hal itu disebabkan masih ada korban yang sementara ini belum melapor kepada polisi dan berupaya menyelesaikan masalahnya dengan pihak perbankan saja.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Edward Aritonang mengatakan, nasabah yang melapor sebagai korban sebanyak 45 orang, pelapor dari luar Bali (termasuk DKI Jakarta) sebanyak 55 orang.
”Nasabah yang merasa menjadi korban sangat disarankan melapor kepada polisi, selain melapor kepada pihak perbankan. Hal itu dapat membantu penyelidikan polisi untuk mengungkap lebih luas jaringan pembobol ATM yang bermain,” tutur Edward.
Semakin banyak nasabah yang melapor akan membantu polisi mengindikasikan sejak kapan pembobolan rekening via ATM mulai dilakukan; apakah melibatkan sindikat besar atau sejumlah kelompok. Polisi juga dapat memetakan modus seperti apa saja yang dilakukan jaringan pembobol itu.
Semakin banyak modus yang terdeteksi, polisi dan pihak bank akan dapat mengetahui celah yang digunakan pelaku. Dengan demikian, sistem pengamanan ATM dapat dioptimalkan. Berdasarkan penangkapan terhadap Frans di Jakarta, polisi menemukan barang bukti, seperti komputer, kartu ATM, dan data sekitar 260.000 nomor PIN.
Menurut Edward, sejauh ini kerugian yang terdeteksi lebih dari Rp 6 miliar, sementara kerugian nasabah yang berasal dari Bali tercatat Rp 886 juta. Setiap nasabah dapat merugi sampai puluhan juta rupiah. Polisi sejauh ini juga telah menangkap seorang tersangka bernama Jamil, Kamis. Jamil merupakan pemilik sebuah toko di daerah Bekasi. Namun, peran Jamil sejauh ini hanya sebagai fasilitator bagi pemilik kartu ATM palsu untuk bertransaksi di tokonya. Jamil mendapat imbalan 10 persen dari nilai transaksi. Polisi menyita alat electronic data capture atau alat penggesek kartu debit serta uang tunai Rp 11 juta.
Kepolisian juga mencurigai peristiwa pembobolan rekening lewat ATM telah terjadi sejak lama, tetapi baru secara serentak terdeteksi belakangan ini.
Berdasarkan catatan surat pembaca di Kompas, banyak nasabah bank mengirimkan surat pembaca berisi keluhan bahwa saldo di rekening mereka berkurang secara misterius. Namun, tanggapan tertulis kepada Kompas dari pihak bank yang dikeluhkan kerap kali menilai bahwa transaksi tersebut merupakan transaksi sukses. Itu berarti saldo terdebet secara sah karena menggunakan kartu ATM dengan nomor PIN yang benar. (

0

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

About Me

Foto saya
ENREKANG, SUL-SEL, Indonesia
Subscribe to Feed


Video Gallery

Followers